Okee, kita mulai curhat hari ini dengan Bismillah. Ketika
orang-orang disekitarku punya banyak teman untuk dijadikan tempat curhat, maka
disinilah tempatku berada, hanya dengan menulis, semua dapat kutumpahkan
sempurna tanpa ada yang telewat sedikit pun. Kali ini dadaku sesak lagi, sulit
bernafas rasanya, bukan karena ak terkena TBC atau penyakit lainnya. Mungkin kalian
pernah mengalaminya. Dalam fase kehidupan yang statis sekalipun, saya masih
bisa merasakan hal seperti ini. Bagaimana jika kehidupan lebih berat dari ini?
Allah, saya percaya Engkau, hanya percaya Engkau,
beberapa hari lalu aku menangis dan mulai mengikrarkan diri bahwa aku hanya
butuh Allah di dunia ini dan tidak percaya siapapun. Mengingat ikrar itu aku hampir
menangis lagi sekarang. Berawal dari satu masalah yang sebenarnya untuk ukuran
kehidupan di tengah orang-orang yang bermasalah, bukanlah masalah yang
besar-besar amat. Tapi, trauma lebih besar berpengaruh rupanya. Mungkin kalian
pernah ngerasa selalu menjadi objek penderita, kurang kasih sayang, tidak punya
teman, dan lain sebagainya yang membuat kalian terpuruk ke dalam jurang gelap
yang bahkan membawa kalian ke tempat yang lebih jauh tanpa tau dimana kalian
berhenti. Makin lama, makin gelap, makin tidak bercahaya, dan makin nyaman
berada di posisi itu dan mulai membiarkan diri kalian terperosok lebih dalam
lagi. Begitu pula aku, tapi yang aku sesalkan dalam diriku adalah ini hanya
masalah kecil dan aku sudah terjatuh.
Dadaku makin sesak, jemariku mengimbangi dengan terus
menekan tuts di keyboard laptopku ini. Hanya itu yang bisa kulakukan, mengingat
keinginan ku untuk bangkit lebih besar dari rasa sesak ini. Tidur, bermimpi,
membuatku tidak berubah sedikit pun, dan kalian pasti bisa membayangkan betapa
itu menggangguku, sangat menggangguku.
Aku sedang bertanya-tanya, apakah aku harus
mengungkapkan masalah kecil itu sekarang? Aku pun tak yakin menanggung rasa
malu karena terjatuh hanya karena masalah itu. Mungkin kalian bisa menebaknya?
Allah, Tuhanku yang satu, satu-satunya yang paling
kupercaya. Kau menantangku dalam ujian yang sama berkali-kali, aku sadar, aku
yang sombong bahwa aku merasa telah lulus dari ujian itu, tapi sebenarnya
tidak. Ada hal-hal yang tak bisa kusadari sampai sekarang, Kau pun lebih tau
dariku. Aku…
Baiklah, aku kehabisan kata-kata sekarang. Ketika kata-kata
habis, yang ada hanyalah memikirkan kisah lain. Mungkin begitu caraku mengusir
masalah yang menyesakkan. Cobalah tumpahkan semua kekecewaan kita pada hal-hal
yang lebih baik, ketimbang kita marah tidak jelas dan tidak menemukan jalan
keluar apapun. Allah menyediakan cara masing-masing untuk hamba-Nya khusus dan
tidak sama. Jangan buat dirimu menangis sejadi-jadinya jika bukan karena
merindukan Allah dan Rasul. Itulah doktrin terhadap saya sendiri bahwa
kesedihan tanda kita tidak percaya dengan adanya Allah di sekitar kita.
0 komentar:
Posting Komentar