2016/03/24

By: Khafa_Fathimah di 21.31
Judul buku   :  The Jongos Ways
Penulis         :  Muhsin Budiono

Sementara teman-teman saya banyak memilih buku-buku yang langsung menguraikan bagaimana menumbuhkan sifat leadership dan yang berhubungan dengan semacam itu, entah kenapa saya malah tertarik dengan satu buku ini yang berjudul “The Jongos Ways”, kiat-kiat menjadi jongos. Satu sisi saya tertarik, di sisi yang lain saya bingung, apa yang akan saya dapatkan dari buku ini. Tapi, ketika saya membaca satu kutipan dari Bapak Dahlan Iskan yang ada di belakang sampul buku ini yang bunyinya, “Untuk bisa jadi pemimpin yang baik harus bisa menjadi anak buah yang baik,” ketertarikan saya bertambah untuk bisa membacanya. Saya sadar betul, realitanya, setelah lulus nanti,  kemungkinan terbesarnya adalah cari kerja, di tempat yang nyaman dan gajinya sesuai. Tentunya dengan memilih jalan itu, konsekuensinya kita berada di bawah perintah seorang atasan dan pada akhirnya kita menjadi seorang pekerja yang secara mau tidak mau ikut perintah majikan atau secara kasarnya bisa dibilang kita adalah jongos. Tapi menurut saya itu sebuah adalah step dalam mencapai kesuksesan.
Saya percaya para atasan itu dulunya juga seorang jongos yang dengan kegigihannya dalam bekerja dan mencapai tujuannya akhirnya mereka diberi kepercayaan memegang kekuasaan lebih tinggi. Itulah kepercayaan saya kenapa kemudian saya memilih buku ini. Menurut saya pun, buku ini tidak hanya khusus untuk pekerja yang kerja sudah punya gaji di perusahaan atau tempat-tempat tertentu, tapi penting juga untuk mahasiswa mempelajari hal ini untuk memotivasi diri mereka menjadi sesuatu yang lebih dari biasa.
Pada bab awal buku ini, Bapak Muhsin Budiono banyak menjelaskan tentang dua istilah termasuk perbedaannya. Istilah pertama adalah jongos biasa dan kedua adalah jongos luar biasa atau beliau menyebutkan dalam buku ini dengan sebutan jongoszers. Secara umum jongos diartikan beliau sebagai seseorang yang mempunyai atasan dan harus menuruti perintah dari atasannya tersebut. Seperti halnya mahasiswa analis yang nantinya ingin bekerja di rumah sakit, yang bisa dilabeli sebagai jongos. Namun, yang terpenting sebenarnya bukan pelabelan tersebut, tapi arti pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan. Beliau dalam buku ini kemudian menyorot banyaknya orang yang lupa tujuan dari pekerjaan mereka untuk melayani masyarakat dengan service yang excellent.
Kemudian, bapak Muhsin dalam bukunya ini membedakan antara jongos biasa dan jongoszers. Jongos biasa menurut beliau adalah pekerja-pekerja yang intinya hanya terima bersih, kerjakan apa yang disuruh, nyaman dengan posisinya, asalkan dia bisa terima gaji dan bisa hidup. Alhasil, dengan pemikiran seperti itu, pekerjaannya hanyalah sebuah pekerjaan, tanpa ada nilai plus, membosankan, dan berimbas pada kinerjanya sendiri. Sedangkan, jongoszers adalah orang-orang yang mampu memaknai pekerjaannya sendiri, mencintai apa yang dia lakukan, mampu memberikan pelayanan yang lebih, dan tidak menganggap remeh pekerjaannya. Sebagai ganjarannya, orang-orang seperti ini tidak akan bosan dalam bekerja, punya harapan untuk terus maju, dan mampu membuat perubahan-perubahan besar bagi kehidupannya, pekerjaannya, dan orang-orang di sekitarnya. Kalau disuruh memilih, kira-kira kita mau jadi seperti apa? Jongos biasa atau golongan jongoszers? Saya pribadi memilih ingin menjadi seorang jongoszers yang akhirnya bisa jadi pemimpin di kemudian hari.
Kemudian di bab selanjutnya, bapak Muhsin menyebutkan prinsip-prinsip utama yang harus dipegang bagi mereka yang ingin menjadi jongoszers.
1.      Menciptakan nilai untuk orang lain dan diri sendiri. Dengan memegang prinsip ini, jongoszers mampu menciptakan nilai dan kesan positif di mata konsumen tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.
2.        Berkompetisi dengan diri sendiri. Kenapa musuh terbesar adalah diri sendiri? Karena terkadang kita terlalu nyaman dengan keadaan sedang-sedang saja, yakni keinginan melakukan hal atau pekerjaan biasa dan tidak lebih dari demi sekedar bertahan hidup.
3.    Membuat perbedaan. Intinya, kalau orang lain hanya sebatas berniat atau mengatakan ingin melakukan suatu hal positif, kita tidak hanya berniat atau mengatakannya, tapi mengerjakannya. Tidak ada pekerjaan yang remeh atau biasa, yang ada hanyalah orang yang merasa tidak penting ketika melakukan pekerjaan mereka.
4.    Membangun kepedulian. Orang tidak akan peduli sebanyak apa yang engkau ketahui sampai mereka tahu sejauh apa engkau peduli. Langkah awal membangun kepeduliaan adalah jangan menganggap manusia sebagai patung.
5.     Menjaga hubungan dengan Tuhan. Ketika seseorang percaya akan Tuhan dan kebesaran-Nya, maka tidak ada yang ditakutinya karena dia tahu dia punya Zat yang maha segala-galanya.

Itu beberapa hal yang bisa saya dapatkan setelah membaca dua bab buku ini. Jadi pertanyaannya, apakah kita ingin mengabdikan diri hanya sebagai jongos biasa atau belajar menjadi orang-orang yang termasuk golongan jongoszers?

0 komentar:

Posting Komentar

TRACK LIST

[soundcloud url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /] [soundcloud params="auto_play=true&show_comments=false" url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /] Embeds a track player which starts playing automatically and won’t show any comments. [soundcloud params="color=33e040&theme_color=80e4a0" url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /]
 

DAILY NOTES Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting