2011/12/02

Analisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat ‘Awang Garang Panglima Bermata Satu’ dari Riau, Sumatera

By: Khafa_Fathimah di 20.04

A.     Sinopsis Cerita Rakyat ‘Awang Garang Panglima Laut Bermata       Satu’
Beberapa abad lalu, nampak para lanun berkeliaran di peraliran Riau merampas harta dan menculik anak gadis. Penduduk pun resah. Para datuk dan batin berusaha menghalau dengan dibantu seorang pemuda miskin bernama Awang Garang. Kegiatannya sehari-hari menangkap ikan di karang pantai. Cita-citanya yang ingin menguasai laut, membuatnya menjadi tukang masak walau tanpa bayaran asalkan bisa berlayar.

Sifatnya yang rajin membuat para datuk dan batin menyayanginya dan mempercayainya menjadi pembantu tukang kapal.
Suatu hari, Sultan Riau memerintahkan untuk membuat penjajap kepada tujuh datuk dan batin. Termasuk juga Awang Garang. Tempat pembuatan disepakati di pulau antara Rempang dan Bintan.
Tiga bulan pembuatan kapal itu berlangsung, namun tidak memperlihatkan keberhasilan. Di tengah rasa cemas, Awang Garang angkat bicara. Dia berkata bahwa sepengetahuannya, untuk membuat kapal perang harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal.
Ternyata dengan mengikuti usul Awang Garang, setelah tiga bulan pengerjaan kapal hampir selesai. Sultan pun senang mendengarnya dan melipatgandakan bayaran.
Pada suatu hari, ketika Awang Garang sedang mengawasi tukang yang sedang memotong kayu, tiba-tiba tatal kayu terlempar mengenai matanya. Dia kesakitan dan bersumpah kalau kapal itu tidak akan bisa diturunkan ke laut. Mata kanannya pun buta. Dia pergi meninggalkan pekerjaanya dan pulang ke desanya.
Dua bulan setelah Awang Garang pergi, penjajap itu pun selesai. Saat akan diturunkan ke laut, penjajap itu tidak bergesar sedikit pun dari tempatnya.
Di tengah kebingungan dan ketakutan Sultan akan marah, salah seorang batin menyarankan untuk membawa Awang Garang ke pulau itu karena dia yang telah menyumpahi kapal itu.
Salah seorang datuk pun mencari Awang Garang dan berhasil menemukannya. Awang Garang pun setuju pergi ke sana dengan tiga syarat. Setelah datuk itu setuju, dia mengajukan syarat itu. Pertama, tiga puluh tujuh pemuda beserta perkakasnya. Kedua, semua datuk dan batin harus datang menyaksikan dengan mata tertutup. Ketiga, wanita yang sedang mengandung sulung, berpakaian 7 warna dan harus anak atau kerabat datuka dan batin sendiri.
Syarat pun dipenuhi. Saat purnama dan air laut pasang, acara penurunan kapal itu dilakasanakan. Awang Garang memberi perintah kepada tiga puluh tujuh pemuda tadi dengan berbisik.
Menjelang malam, terdengar bunyi peralatan berlepuk-lepuk diiringi jeritan minta tolong. Datuk dan batin pun gelisah.  Lalu, Secara bersamaan terdengar suara perahu bergeser dan suara tangisan bayi. Setelah itu, terdengar suara kapal tercebur. Datuk dan batin pun membuka tutup matanya. Ternyata pakai galang. Datuk dan batin pun bergantian berkata pakai galang. Kata itulah yang konon menjadi asal mula nama Pulau Galang. Wanita-wanita tadi pun ternyata hanya dibaringkan di bawah lubang yang digali di bawah kapal dan mereka selamat.
Konon, delapan belas tahun kemudian, ketujuh bayi itu menjadi panglima penumpas lanun di peraliran Riau. Mereka diberi gelar sesuai dengan warna pakaian yang dikenakan ibu mereka disaat mereka melahirkan. Ketujuh panglima itu menjadi satu kekuatan dikapal perang pimpinan Awang Garang yang bergelar “Panglima Hitam Elang di Laut Bermata Satu.

B. Unsur-Unsur dalam Cerita Rakyat ‘Awang Garang Panglima Laut Bermata Satu’
I.        Tema cerita
Tema dalam cerita ini adalah cita-cita yang kuat disertai dengan melakukan hal-hal baik akan membawa ke arah kejayaan. Bagian cerita yang mendukung tema tersebut adalah :
1.      Paragraf 2 :
Awang Garang adalah seorang pemuda miskin. Kegiatan sehari–harinya menangkap ikan di karang pantai. Cita –citanya yang ingin menguasai laut, membuatnya menjadi tukang masak, meski pun tidak dibayar, agar dapat ikut berlayar mengarungi laut dan lautan disekitar kepulauan segantang lada itu.
2.      Paragraf 3 :
Sifatnya yang rajin, membuat para datuk dan batin sayang kepada Awang Garang. Dia bahkan dipercaya menjadi pembantu tukang kapal. . . .
3.      Paragraf 5 :
Ditengah rasa cemas itu, tiba–tiba Awang Garang berbicara,” Pembuatan kapal perang itu harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal.” Suara Awang Garang mengejutkan semua datuk dan batin.” Wahai Awang! Janganlah asal bicara, coba buktikan kata –katamu itu. Apabila kata-katamu itu tak terbukti, maka hukum berat yang akan kau terima, “ kata salah satu batin menanggapi alasan penjelasan Awang Garang. “ Baiklah, Datuk. Akan aku buktikan bahwa perkataan itu benar, “ kata Awang Garang tanpa ragu-ragu.
4.      Paragraf 14 :
Ketujuh panglima itu menjadi satu kekuatan dikapal perang pimpinan Awang Garang yang bergelar “Panglima Hitam Elang di Laut Bermata Satu”.
II.      Alur cerita
Alur yang digunakan dalam cerita rakyat ‘Awang Garang Panglima Laut Bermata Satu’ adalah alur maju dengan tahapan sebagai berikut.
1.      Pembuka cerita : Paragraf 1 sampai paragraf 3
Beberapa abad yang lampau, nampak lanun yang berkeliaran diperaliran Riau. Mereka merampas semua perahu dagang yang sedang melintas. Masyarakat pantai sangat resah, karena selain merampas, penduduk, mereka pun menculik anak–anak gadis. . . .
Awang Garang adalah seorang pemuda miskin. . . .
Sifatnya yang rajin, membuat para datuk dan batin sayang kepada Awang Garang. Dia bahkan dipercaya menjadi pembantu tukang kapal. . . . . Tempat pembuatannya di sepakati bersama disebuah pulau antara Bulang Rempang dan Bintan.
2.      Pemunculan masalah : Paragraf 4 sampai paragraf 6
Sudah tiga bulan pembuatan kapal itu berlangsung, namun tidak ada tanda-tanda kapal itu terbentuk. . . .
Ditengah rasa cemas itu, tiba–tiba Awang Garang berbicara,” Pembuatan kapal perang itu harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal,” suara Awang. . . .
Maka, disiapkannya bahan–bahan yang diperlukan untuk membuat kapal perang itu. papan kapal itu disiapkannya dari medang sirai. . . .
3.      Perumitan masalah : Paragraf 7 sampai paragraf 10
Suatu hari, pada saat Awang Garang sedang megawasi tukang yang sedang memotong kayu, tiba-tiba tatal kayu terlempar dan mengenai mata kanannya. “ Iya, Allah, pecah mataku, “ jerit Awang Garang menahan sakit. “ Dasar kapal sial, aku sumpah kapal ini tak bisa diturunkan ke laut! “ kata Awang Garang diiringi rintihan. . . .
.... Telah berhari-hari para datuk dan batin mencoba menurunkannya ke laut, namun kapal itu tetap diam ditempatnya. Jangankan menurunnya ke laut, mengeser sedikit pun tidak bisa mereka lakukan. Sedang sultan telah bertitah bahwa kapal itu harus segera melaut untuk menghalau lanun yang semakin meraja lela di kepulauan riau.
Ditengah kebingungan karena kapal tak bisa diturunkan ke laut, salah seoarang datuk mencari Awang Garang dan memintanya datang ke pulau itu. . .
Maka Awang Garang pun mengajukan tiga syarat . . .
4.      Masalah memuncak : Paragraf 11 sampai paragraf 12
Setelah persyaratan dilengkapi, maka pada saat purnama, ketika air laut pasang, semua hadirin sudah datang, dan ditutup kedua matanya dengan kain. . . .
Lantang, “ Semua pergi kelambung kapal.......Siaaap!dorooong!” pekik awang garang. “ Rrr.........Rrr.........,”suara lunas perahu bergeser. “Kwaaak.....! Kwaaak ..........! Kwaaak!” terdengar suara jerit bayi. “ Byuuur.........,” terdengar suara kapal terjebul kelaut. . . .
5.      Penyelesaian : Paragraf 13 sampai paragraf 14
Sedangkan ketujuh wanita yang sedang mengandung sulung selamat semua. Mereka tidak digilas perahu seperti perkiraan para datuk dan batin, melainkan hanya dibaringkan di dalam lubang yang digali dibawah kapal. . . .
Ketujuh panglima itu menjadi satu kekuatan dikapal perang pimpinan Awang Garang yang bergelar panglima hitam elang dilaut bermata satu. . .  
III.    Tokoh dan penokohan
1.      Tokoh Utama :
·         Awang Garang : Rajin, hebat, kreatif, pandai, mudah marah, pemberani, percaya diri, pantang menyerah dan dapat dipercaya. Bagian cerita yang mendukung antara lain sebagai berikut.
a.      Tidak mudah putus asa atau pantang menyerah
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 2 :
Awang Garang adalah seorang pemuda miskin. Kegiatan sehari–harinya menangkap ikan dikarang pantai. Cita –citanya yang ingin menguasai laut, membuatnya menjadi tukang masak, meski pun tidak dibayar, agar dapat ikut berlayar mengarungi laut dan lautan disekitar kepulauan segantang lada itu.
b.      Rajin dan dapat dipercaya
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 3 :
Sifatnya yang rajin, membuat para datuk dan batin sayang kepada Awang Garang. Dia bahkan dipercaya menjadi pembantu tukang kapal. . .  
c.       Pandai, pemberani, dan percaya diri
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 5 :
Ditengah rasa cemas itu, tiba–tiba Awang Garang berbicara,” Pembuatan kapal perang itu harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal.” Suara Awang Garang mengejutkan semua datuk dan batin.” Wahai Awang! Janganlah asal bicara, coba buktikan kata–katamu itu. Apabila kata-katamu itu tak terbukti, maka hukum berat yang akan kau terima, “ kata salah satu batin menanggapi alasan penjelasan Awang Garang. “ Baiklah, Datuk. Akan aku buktikan bahwa perkataan itu benar, “ kata Awang Garang tanpa ragu-ragu.
d.      Mudah marah
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 7:
Suatu hari, pada saat Awang Garang sedang megawasi tukang yang sedang memotong kayu, tiba-tiba tatal kayu terlempar dan mengenai mata kanannya. “Iya, Allah, pecah mataku, “ jerit Awang Garang menahan sakit. “ Dasar kapal sial, aku sumpah kapal ini tak bisa diturunkan kelaut! “ kata Awang Garang diiringi rintihan. . . .
e.      Kreatif
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 10 :
Maka Awang Garang pun mengajukan tiga syarat, “ Pertama, berikan tiga puluh tujuh pemuda pembantu, lengkap dengan perkakasnya. Kedua, semua datuk dan batin harus menyaksikan penurunan kapal itu dengan mata tertutup. Dan ketiga, siapkan wanita yang sedang mengandung sulung, dan berpakaian tujuh warna. Tujuh wanita itu harus anak atau keluarga dari datuk atau batin itu sendiri. “ . . . .
f.        Pemberani dan hebat
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 14 :
Ketujuh panglima itu menjadi satu kekuatan dikapal perang pimpinan Awang Garang yang bergelar “Panglima Hitam Elang di Laut Bermata Satu”. . . .
2.      Tokoh Pembantu :
·         Lanun : Ganas dan jahat
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 1 :
Beberapa abad yang lampau, nampak lanun yang berkeliaran diperaliran Riau. Mereka merampas semua perahu dagang yang sedang melintas. Masyarakat pantai sangat resah, karena selain merampas, penduduk, mereka pun menculik anak–anak gadis. . . .
·       Tujuh datuk dan batin : Perhatian, taat kepada Sultan, suka jengkel, iri hati, penakut, suka mengancam dan tidak menghargai pendapat orang lain.
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah :
1.      Perhatian pada paragraf 1 :
…. Karena itulah para datuk dan batin berusaha manghalau lanun–lanun tersebut dengan berbagai cara. . . .
2.      Taat kepada Sultan, suka jengkel, iri hati, penakut, suka mengancam dan tidak menghargai pendapat orang lain pada paragraf 4-5 :
Sudah tiga bulan pembuatan kapal itu berlangsung, namun tidak ada tanda–tanda kapal itu terbentuk. Bahan kayu sudah beberapa kali diganti, dari kayu medang tanduk berganti kayu medang tembaga, namun tetap juga tidak menampakkan hasil, para datuk dan batin khawatir sultan menjadi murka mendengar kegagalan tersebut.
…. ” Wahai Awang! Janganlah asal bicara, coba buktikan kata –katamu itu. Apabila kata-katamu itu tak terbukti, maka hukum berat yang akan kau terima, “ kata salah satu batin menanggapi alasan penjelasan Awang Garang. . . .
·     Sultan : Percaya kepada datuk dan batinnya, ditaati, ditakuti, perhatian terhadap rakyat, tegas, baik hati, cepat tanggap.
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada
1.      Percaya kepada datuk dan batinnya, perhatian terhadap rakyat, tegas, cepat tanggap pada paragraf 3 :
…. Suatu hari Sultan Riau memerintahkan para datuk dan batin untuk membuat penjajap. Awang Garang pun ikut dalam pembuatan penjajab itu. Pembangunan kapal perang itu dipercayakan sultan kepada tujuh datuk dan batin di Temian, Moro Sulit, Sugi, Bulang, Pekaka, Sekanan, dan Mepar. Tempat pembuatannya di sepakati bersama disebuah pulau antara Bulang Rempang dan Bintan.

2.      Baik hati pada paragraf 6 :
….Sultan yang menerima kabar itu, sangat senang dan melipat gandakan pembayarannya, sehingga tukang–tukang semakin giat bekerja.
3.      Ditaati dan ditakuti pada paragraf 8 :
…. Bahan kayu sudah beberapa kali diganti, dari kayu medang tanduk berganti kayu medang tembaga, namun tetap juga tidak menampakkan hasil, para datuk dan batin khawatir Sultan menjadi murka mendengar kegagalan tersebut.
·         Tujuh wanita hamil : Penakut
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 11 :
….Tiba-tiba menjelang malam bunyi peralatan berlepuk–lepuk dan diiringi jerit dan raung dan tujuh wanita yang sedang mengandung sulung, “ Tolooong..........! jangan lindas perut kami perut kami! Tolooong!” tangis para wanita itu. Suara tangis mereka membuat semua yang hadir menjadi cemas, ngeri, dan gelisah.
·         Tiga puluh tujuh pemuda : Penurut, rajin dan kuat
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 11-12 :
…. Awang garang memerintahkan kepada tiga puluh tujuh pemuda dengan cara berbisik, sehingga tidak seorang pun tahu apa yang dibisikkannya. . . .
Lantang, “ Semua pergi kelambung kapal.......Siaaap!dorooong!” pekik Awang Garang. “ Rrr.........Rrr.........,”suara lunas perahu bergeser. . . .
·         Tujuh panglima, yaitu Panglima Awang Merah, Panglima Awang Jingga, Panglima Awang Kuning, Panglima Awang Ungu, Panglima Awang Hijau, Panglima Awang Biru, dan Panglima Awang Nila : Pemberani
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 13 :
Konon, delapan belas tahun kemudian, ketujuh bayi itu menjadi panglima penumpas lanun di peraliran Riau. . . .
3.      Tokoh figuran :
·         Datuk dan batin lain : Perhatian
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 1 :
…. Karena itulah para datuk dan batin berusaha manghalau lanun–lanun tersebut dengan berbagai cara. . . .
·         Penduduk : Lemah
Bagian cerita yang mendukung watak tersebut adalah pada paragraf 1 :
Beberapa abad yang lampau, nampak lanun yang berkeliaran diperaliran Riau. Mereka merampas semua perahu dagang yang sedang melintas. Masyarakat pantai sangat resah, karena selain merampas, penduduk, mereka pun menculik anak–anak gadis. . . .
IV.   Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam cerita rakyat adalah orang ke-3 pelaku utama. Bagian cerita yang mendukung sudut pandang tersebut antara lain :
1.      Paragraf 2 :
Awang Garang adalah seorang pemuda miskin. Kegiatan sehari–harinya menangkap ikan dikarang pantai. Cita –citanya yang ingin menguasai laut, membuatnya menjadi tukang masak, meski pun tidak dibayar, agar dapat ikut berlayar mengarungi laut dan lautan disekitar kepulauan segantang lada itu.
2.      Paragraf 7 :
            Suatu hari, pada saat Awang Garang sedang megawasi tukang yang sedang memotong kayu, tiba-tiba tatal kayu terlempar dan mengenai mata kanannya. . .
V.     Latar
1.      Latar Tempat
·         Peraliran Riau
Bagian cerita yang mendukung latar tempat tersebut adalah pada paragraf 1
      Beberapa abad yang lampau, nampak lanun yang berkeliaran di peraliran Riau. Mereka merampas semua perahu dagang yang sedang melintas.
·         Kepulauan Riau
Bagian cerita yang mendukung latar tempat tersebut adalah pada paragraf 8
.                       Sedang Sultan telah bertitah bahwa kapal itu harus segera melaut untuk menghalau lanun yang semakin meraja lela di Kepulauan Riau.
·         Pantai dan laut
Bagian cerita yang mendukung latar tempat tersebut adalah pada paragraf 2
Awang Garang adalah seorang pemuda miskin. Kegiatan sehari–harinya menangkap ikan di karang pantai. Cita –citanya yang ingin menguasai laut, membuatnya menjadi tukang masak, meski pun tidak dibayar, agar dapat ikut berlayar mengarungi laut dan lautan disekitar kepulauan segantang lada itu.
·         Pulau antara Bulang Rempang dan Bintan, yang sekarang disebut Pulau Galang.
Bagian cerita yang mendukung latar tempat tersebut adalah pada
1.      Paragraf 3 :
…. Tempat pembuatannya di sepakati bersama disebuah pulau antara Bulang Rempang dan Bintan.
2.      Paragraf 12 :
…. Konon, kata ‘ pakai galang ‘ dipercaya sebagai asal nama Pulau Galang.
2.   Latar Waktu
·         Beberapa abad lalu
Bagian cerita yang mendukung waktu tersebut adalah pada paragraf 1
Beberapa abad yang lampau, nampak lanun yang berkeliaran di peraliran Riau. Mereka merampas semua perahu dagang yang sedang melintas. . . . .
·         Suatu hari
Bagian cerita yang mendukung waktu tersebut adalah pada
1.      Paragraf 3 :
…. Suatu hari Sultan Riau memerintahkan para datuk dan batin untuk membuat penjajab. Awang Garang pun ikut dalam pembuatan penjajab itu. . . .
2.      Paragraf 7 :
Suatu hari, pada saat Awang Garang sedang megawasi tukang yang sedang memotong kayu, tiba-tiba tatal kayu terlempar dan mengenai mata kanannya. . . .
·         Dua bulan
Bagian cerita yang mendukung waktu tersebut adalah pada paragraf 8
Dua bulan setelah ditinggalkan Awang Garang, maka menjadilah pejajab yang telah lama yang dikerjakan. Akhirnya tiba saatnya kapal itu turun ke laut. . . .
·         Saat purnama, ketika air laut pasang
Bagian cerita yang mendukung waktu tersebut adalah pada paragraf 11 :
Setelah persyaratan dilengkapi, maka pada saat purnama, ketika air laut pasang, semua hadirin sudah datang, dan ditutup kedua matanya dengan kain. . . .
·         Menjelang malam
Bagian cerita yang mendukung waktu tersebut adalah pada paragraf 11 :
Menjelang malam, terdengar bunyi peralatan berlepuk-lepuk diiringi jeritan minta tolong. Datuk dan batin pun gelisah. . . . 
·         Delapan belas tahun kemudian
Bagian cerita yang mendukung waktu tersebut adalah pada paragraf 13 :
…. Konon, delapan belas tahun kemudian, ketujuh bayi itu menjadi panglima penumpas lanun di peraliran Riau. Mereka diberi gelar sesuai dengan warna pakaian yang dikenakan ibu mereka disaat mereka melahirkan, yaitu Panglima Awang Merah, Panglima Awang Jingga, Panglima Awang Kuning, Panglima Awang Ungu, Panglima Awang Hijau, Panglima Awang Biru, dan Panglima Awang Nila.
3.   Latar Suasana
·         Resah
Bagian cerita yang mendukung suasana tersebut adalah pada paragraf 1
Beberapa abad yang lampau, nampak lanun yang berkeliaran di peraliran Riau. Mereka merampas semua perahu dagang yang sedang melintas. Masyarakat pantai sangat resah, karena selain merampas, penduduk, mereka pun menculik anak–anak gadis. . . .
·         Cemas
Bagian cerita yang mendukung suasana tersebut adalah pada paragraf 5
Ditengah rasa cemas itu, tiba–tiba Awang Garang berbicara,” Pembuatan kapal perang itu harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal.” Suara Awang Garang mengejutkan semua datuk dan batin.” . . .
·         Marah
Bagian cerita yang mendukung suasana tersebut adalah pada paragraf 7
Suatu hari, pada saat Awang Garang sedang megawasi tukang yang sedang memotong kayu, tiba-tiba tatal kayu terlempar dan mengenai mata kanannya. “Iya, Allah, pecah mataku, “ jerit Awang Garang menahan sakit. “ Dasar kapal sial, aku sumpah kapal ini tak bisa diturunkan kelaut! “ kata Awang Garang diiringi rintihan. . . .
·         Kebingungan
Bagian cerita yang mendukung suasana tersebut adalah pada paragraf 9 :  
Ditengah kebingungan karena kapal tak bisa diturunkan ke laut, salah seoarang datuk mencari Awang Garang dan memintanya datang ke pulau itu. . . .
·         Ngeri, mencekam, dan penuh kegelisahan
Bagian cerita yang mendukung suasana tersebut adalah pada paragraf 11-12
…. Tiba-tiba menjelang malam bunyi peralatan berlepuk–lepuk dan diiringi jerit dan raung dan tujuh wanita yang sedang mengandung sulung, “ Tolooong..........! jangan lindas perut kami perut kami! Tolooong!” tangis para wanita itu. Suara tangis mereka membuat semua yang hadir menjadi cemas, ngeri, dan gelisah.
Lantang, “ Semua pergi kelambung kapal.......Siaaap!dorooong!” pekik Awang Garang. “ Rrr.........Rrr.........,”suara lunas perahu bergeser. “Kwaaak.....! Kwaaak ..........! Kwaaak!” terdengar suara jerit bayi. “ Byuuur.........,” terdengar suara kapal terjebur kelaut. . . .

·      Lega
Bagian cerita yang mendukung suasana tersebut adalah pada paragraf 12-13
…. “ Oh, rupanya memakai pohon yang dikupas kulitnya. Pakai galang kayu licin. Rupanya harus pakai galang, “ kata para datuk bergantian. Konon, kata ‘ pakai galang ‘ dipercaya sebagai asal nama pulau galang.
Sedangkan ketujuh wanita yang sedang mengandung sulung selamat semua. Mereka tidak digilas perahu seperti perkiraan para datuk dan batin, melainkan hanya dibaringka didalam lubang yang digali dibawah kapal. Wanita-wanita itu melahirkan tujuh bayi dibawah lunas kapal perang. . .  
VI.    Gaya bahasa
      Gaya bahasa yang digunakan masih mengandung gaya bahasa Melayu yang kurang bisa dimengerti. Ada beberapa kata yang susah dimengerti. Bagian cerita yang mendukung antara lain sebagai berikut.
1.      Paragraf 1 :
Beberapa abad yang lampau, nampak lanun yang berkeliaran di peraliran Riau. Mereka merampas semua perahu dagang yang sedang melintas. Masyarakat pantai sangat resah, karena selain merampas, penduduk, mereka pun menculik anak–anak gadis. Karena itulah para datuk dan batin berusaha manghalau lanun–lanun tersebut dengan berbagai cara. Mereka dibantu seorang pemuda yang bernama Awang Garang.
2.      Paragraf 3 :
      …. Suatu hari Sultan Riau memerintahkan para datuk dan batin untuk membuat penjajab. . 
VII. Amanat
Amanat yang terdapat dalam cerita rakyat ini antara lain :
1.     Jangan mudah putus asa, karena didunia ini tidak ada yang tidak mungkin, asalkan ada kemauan dan usaha juga jangan lupa untuk berdoa dan ditutup dengan bertawakal.
2.     Hati-hati saat berbicara, karena mulutmu harimaumu.
3.     Jangan pernah meremehkan orang lain dan berburuk sangka terhadap orang lain karena belum tentu dia salah.
Bagian cerita yang mendukung : Paragraf 5-6
Ditengah rasa cemas itu, tiba–tiba Awang Garang berbicara,” Pembuatan kapal perang itu harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal.” Suara Awang Garang mengejutkan semua datuk dan batin.” Wahai Awang! Janganlah asal bicara, coba buktikan kata –katamu itu.apabila kata-katamu itu tak terbukti, maka hukum berat yang akan kau terima, “ kata salah satu batin menanggapi alasan penjelasan Awang Garang. “ Baiklah, Datuk. Akan aku buktikan bahwa perkataan itu benar, “ kata Awang Garang tanpa ragu-ragu.
…. Setelah tiga bulan, maka bangunan kapal itu tampak mendekati selesai. Sultan yang menerima kabar itu, sangat senang dan melipat gandakan pembayarannya, sehingga tukang–tukang semakin giat bekerja.

C. Nilai-Nilai dalam Cerita Rakyat ‘Awang Garang Panglima Laut Bermata Satu’
1.    Nilai Moral
·   Kita sebagai makhluk yang berbudaya dan beragama harus memberantas segala bentuk kejahatan.
·    Sebagai seorang penguasa, jika perintah sudah dijalankan dengan baik oleh bawahan, maka wajib membalas dengan imbalan yang sesuai.
·      Sebagai bawahan, kita patut mentaati perintah atasan kita jika perintah itu untuk kebaikan dan takut jika tidak mengerjakannya.
·        Kita tidak boleh sembarangan bersumpah terhadap sesuatu.
·        Selalu menghargai pendapat orang lain dan jangan meremehkan orang lain..
·        Jangan berburuk sangka terhadap orang lain.
·        Seorang penguasa harus cepat tanggap.
Salah satu bagian cerita yang mendukung : Paragraf 1
Beberapa abad yang lampau, nampak lanun yang berkeliaran di peraliran Riau. Mereka merampas semua perahu dagang yang sedang melintas. Masyarakat pantai sangat resah, karena selain merampas, penduduk, mereka pun menculik anak–anak gadis. Karena itulah para datuk dan batin berusaha manghalau lanun–lanun tersebut dengan berbagai cara. Mereka dibantu seorang pemuda yang bernama Awang Garang.

2.    Nilai Pendidikan
·         Menggapai cita-cita harus dengan kerja keras, kejujuran, dan jangan putus asa.
·         Walaupun hidup seadanya, harus tetap mempunyai cita-cita dan berusaha.
·         Kerjasama membuat pekerjaan lebih mudah.
·   Pendapat orang lain berharga karena mungkin bisa membuat pekerjaan yang kita lakukan menjadi lebih baik.
·         Lakukan sesuatu yang kita sukai dan baik untuk kita.
Salah satu bagian cerita yang mendukung : Paragraf 5-6
Ditengah rasa cemas itu, tiba–tiba Awang Garang berbicara,” Pembuatan kapal perang itu harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal.” Suara Awang Garang mengejutkan semua datuk dan batin.” Wahai Awang! Janganlah asal bicara, coba buktikan kata –katamu itu.apabila kata-katamu itu tak terbukti, maka hukum berat yang akan kau terima, “ kata salah satu batin menanggapi alasan penjelasan Awang Garang. “ Baiklah, Datuk. Akan aku buktikan bahwa perkataan itu benar, “ kata Awang Garang tanpa ragu-ragu.
Maka, disiapkannya bahan–bahan yang diperlukan untuk membuat kapal perang itu. papan kapal itu disiapkannya dari medang sirai. Kerangka dalam perahu yang terbentuk seperti gading, dibuatnya dari kayu penaga. Sedangkan lunas kapal itu dibuatnya kayu keledang. Setelah tiga bulan, maka bangunan kapal itu tampak mendekati selesai. Sultan yang menerima kabar itu, sangat senang dan melipat gandakan pembayarannya, sehingga tukang–tukang semakin giat bekerja.

3.    Nilai Religius
·         Bersyukur terhadap apa yang telah diberi Tuhan dengan cara tidak pernah berputus asa dalam hidup seperti Awang Garang.
Salah satu bagian cerita yang mendukung : Paragraf 2
Awang Garang adalah seorang pemuda miskin. Kegiatan sehari–harinya menangkap ikan di karang pantai. Cita –citanya yang ingin menguasai laut, membuatnya menjadi tukang masak, meski pun tidak dibayar, agar dapat ikut berlayar mengarungi laut dan lautan disekitar kepulauan segantang lada itu.

4.    Nilai Sosial
·     Bergotong royong untuk membuat sesuatu yang menyangkut orang banyak.
·     Mentaati perintah dari penguasa dan menjalankannya dengan menggunakan seluruh kemampuan.
·     Seorang penguasa harus memperhatikan nasib rakyatnya yang sedang kesusahan.
            Salah satu bagian cerita yang mendukung : Paragraf 8
Dua bulan setelah ditinggalkan Awang Garang, maka menjadilah penjajap yang telah lama yang dikerjakan. Akhirnya tiba saatnya kapal itu turun ke laut. Telah berhari-hari para datuk dan batin mencoba menurunkannya kelaut, namun kapal itu tetap diam ditempatnya. Jangankan menurunnya kelaut, mengeser sedikit pun tidak bisa mereka lakukan. Sedang Sultan telah bertitah bahwa kapal itu harus segera melaut untuk menghalau lanun yang semakin meraja lela di Kepulauan Riau.

5.    Nilai Budaya
·         Membuat kapal perang (pejajap) harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal.
·         Mengajukan syarat yang sesungguhnya memiliki maksud dan arti tersendiri saat diminta melakukan sesuatu.
·         Waktu menjadi hal pokok saat ingin mengadakan upacara tertentu.
Salah satu bagian cerita yang mendukung : Paragraf 5
Ditengah rasa cemas itu, tiba–tiba Awang Garang berbicara,” Pembuatan kapal perang itu harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal.” Suara Awang Garang mengejutkan semua datuk dan batin.” Wahai Awang! Janganlah asal bicara, coba buktikan kata –katamu itu.apabila kata-katamu itu tak terbukti, maka hukum berat yang akan kau terima, “ kata salah satu batin menanggapi alasan penjelasan Awang Garang. “ Baiklah, Datuk. Akan aku buktikan bahwa perkataan itu benar, “ kata Awang Garang tanpa ragu-ragu.

6.    Nilai Politik
Sebuah kerajaan dipimpin oleh seorang Sultan/Raja yang memiliki kekuasaan tertinggi di wilayah kerajaan itu dan dibantu oleh para pengikutnya yang setia.
Salah satu bagian cerita yang mendukung : Paragraf 3
… Suatu hari Sultan Riau memerintahkan para datuk dan batin untuk membuat penjajap. Awang Garang pun ikut dalam pembuatan penjajab itu. Pembangunan kapal perang itu dipercayakan sultan kepada tujuh datuk dan batin di Temian, Moro Sulit, Sugi, Bulang, Pekaka, Sekanan, dan Mepar. Tempat pembuatannya di sepakati bersama disebuah pulau antara Bulang Rempang dan Bintan.

0 komentar:

Posting Komentar

TRACK LIST

[soundcloud url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /] [soundcloud params="auto_play=true&show_comments=false" url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /] Embeds a track player which starts playing automatically and won’t show any comments. [soundcloud params="color=33e040&theme_color=80e4a0" url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /]
 

DAILY NOTES Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting