2014/02/03

She's Mine (Part 1)

By: Khafa_Fathimah di 17.09
Assalamu'alaikum minna ^.^, mengawali postingan ini setelah sekian lama vakum, aku ingin membawa kalian sedikit mengkhayal tentang, lagi-lagi cinta, sebuah cinta yang membawamu kembali hidup seperti seharusnya. Maybe, this story isn't good enough, but.. Enjoy Reading! ^.^ 

Jakarta, Jakarta, Jakarta. Tidak pernah terpikir bahwa aku harus ada di sini hanya karena orang tuaku yang bertugas di sini. Entah berapa tahun aku kekeh dengan keinginanku untuk tidak pindah ke kota ini. Melihat bagaimana carut-marutnya kota ini dari dalam televisi saja, tidak terpikir sama sekali untuk datang ke sini. Tapi akhirnya mau tidak mau, demi ayahku satu-satunya. Kupikir tidak akan ada yang menarik saat hidup di kota ini, bahkan saat bersekolah di sini, tak pernah terpikir bahwa hidupku akan berubah.
***

Aku berjalan tanpa ragu di tengah-tengah orang asing ini. sekumpulan orang metropolitan yang belum kumengerti perangainya. Baru masuk di pintu gerbang sekolah, mobil-mobil mewah sudah menyambutku dengan indah. Tak sedikit juga sepeda motor di sana. Melihat aku hanya pejalan kaki, jadi merasa paling miskin. Mereka memang bukan orang-orang biasa, tapi benar-benar luar biasa dengan kekayaan orang tua mereka. Semua kesimpulan-kesimpulan yang ada di kepalaku terus beradu sampai semuanya buyar.
“Heh, setoran mana?” kudengar ada yang berteriak dari taman sekolah.
“Nggak ada Ka.”
“Apa lo bilang? Can you repeat?”
“Ng-nggak ada Ka. Aku benar-benar nggak punya uang lagi.”
“Temen-temen!”
“Oke! Sikat!"
Sebuah pemandangan primitive benar-benar membuatku gila terhadap semua alasan aku harus berada di sini. Seorang yang punya uang banyak kulihat, tapi dengan sadar dan tanpa malu meminta pada orang biasa yang hanya punya uang untuk sekolah. Belum lagi ini seperti sebuah perploncoan di zaman modern ini. tapi, ternyata masih ada orang yang hidup tidak untuk dirinya sendiri. Dan ini adalah awal dari takdirku.
“Ti-Ti-Titan?” kata orang primitive yang tadi sedang bersenang-senang dengan cara primitifnya. Dia terlihat terkejut dengan gadis yang tiba-tiba datang dari belakang dan menarik kerah bajunya.
“Belum nyadar juga lo?”
“Ma-Maaf, Tan. Gua janji nggak bakalan ngelakuin hal ini lagi.”
“Bentar, ya,” katanya sambil memain-mainkan jarinya,”Gua itung-itung, lo udah janji sama gua lebih dari nggak teritung. Hal yang buruk saat gua benar-benar nggak bisa ngitungnya lagi.”
“Please, Tan. Maafin gue, ya! Gue janji nggak bakalan gangguin siswa atau siswi di sini lagi, deh. Orang tua kita kan temenan, Tan. Anggap aja demi ngehargain pertemanan mereka. Please,”
“Gue piker, lo udah tau konsekuensinya saat janji kita yang terakhir dibuat. Gue minta maaf juga, Rin. Tapi, gue benar-benar nggak bisa ngitung kesalahan lo lagi. Dan seperti janji itu, saat itu lo harus keluar. Gue akan bilang sama kepala sekolah supaya lo dikeluarin dengan cara terhormat,”
“Tan! Titan! Please, jangan keluarin gue!”           
Gadis primitive itu terlihat kesal saat gadis itu, titan maksudnya, pergi meninggalkannya dengan sangat tak terhormat. Cukup terhormat menurutku dibanding apa yang dilakukkannya tadi. Wanita yang menarik. Seseorang yang pantas dipanggil wanita.
***
Kelas dimulai. Benar-benar takdir indah yang kudapatkan di kota ini. Wanita itu sekelas denganku. Duduk dengan tenang di kursi belakang dengan memakai headphone di kepalanya. Apa tidak ada yang menegurnya?
“Vino, kamu duduk di samping Titan, ya, di belakang. Hanya itu satu-satunya kursi kosong.” Lagi-lagi takdir yang indah kudengar, kulihat, dan kurasakan.
Aku memulai pembicaraan dengannya dengan sangat berani. Sangat berani dan sok akrab sampai aku menerima semua kejutekannya dengan senang hati. Itulah aku. Tidak ada kata berhenti untuk wanita satu ini. bukan lagi seorang cewek atau gadis, tapi bagiku dia seorang wanita, wanita  yang paling sempurna sekarang.
“Oke, everybody. Are you ready for surprise today?”
“Ready!”
“It’s time for dance!””Let’s go to studio!”
Dance? Yes, this school is really interesting. Kalau gini terus tiap hari, tak ada kata bosan, terutama ada wanita itu.
Hanya hal ini yang kupikirkan saat aku berada di depan mereka, orang yang masih cukup asing buatku. Dance ubur-ubur. Tertawalah! Sedikit mengusir kekakuan di antara orang-orang ini. cukup bagus kan? Tapi satu orang itu benar-benar membuatku frustasi. Aku yang selucu ini tidak juga bisa membuatnya luluh. Tapi, ternyata orang yang tidak bisa kubuat tertawa bisa membuatku merasa bingung. Kukira dia akan memberikan sesuatu yang keren seperti penampilannya.
“Kau sangat lucu.” Kataku kepada Titan.
“Lo aneh.”
“Apa? Akhirnya kamu ngomong juga. Walaupun kata-katanya agak sedikit tidak enak. Tapi, kupikir sebutan aneh tidak terlalu buruk,” kataku sedikit menertawai diriku sendiri,”Ngomong-ngomong, kok kamu Cuma diem tadi di depan? Kan ini pelajaran dance modern, ya?” jutek tetap aja jutek. Lagi-lagi dia hanya diam. Kali ini dia benar-benar tidak mendengarkanku. Headphone sudah menutup rapi telinganya. Tapi, sekali lagi, tak ada kata menyerah.
“Terus, kenapa kamu tadi tutup mata?” lama menunggu jawaban, kesabaranku mulai habis,”Hei, kamu kenapa sih? Diajak ngomong dari tadi nggak dijawab. Tolonglah, bantu dikit napa?” kataku sambil berdiri.
“Vino! Do you have a problem?”
“No, just a little problem with this.” Kataku sambil menunjuk pada wanita itu.
“Oh, oke. Sit up please.”
***
Beberapa bulan aku tidak berusaha mengganggunya. Bukannya menyerah, hanya menyusun strategi. Wanita seperti itu tidak akan suka terus dikejar. Pelan tapi pasti, semua akan berjalan sesuai apa yang kuinginkan. Tapi rasa penasaranku terus menggebu. Dia yang begitu tak bisa ditebak, keindahannya yang masih samar dalam diamnya, semua pertanyaan itu terus-menerus berputar-putar di kepalaku seiring perasaanku yang bertambah karena kebaikannya yang tak berbentuk yang mungkin hanya bisa dilihat oleh beberapa orang. Hanya alasan yang kubuat dalam beribu ketidaktahuan tentang hatiku saat ini.
Salah satu yang tidak kumengerti adalah sangat seringnya aku melihatnya menemui ayahku. Tak ada yang memberiku jawaban. Sesuatu yang tak mungkin aku menanyakannya pada Titan, tapi ayahku juga tidak terpikir sama sekali untuk memberitahuku walau dia tahu aku temannya, suatu saat.

***

0 komentar:

Posting Komentar

TRACK LIST

[soundcloud url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /] [soundcloud params="auto_play=true&show_comments=false" url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /] Embeds a track player which starts playing automatically and won’t show any comments. [soundcloud params="color=33e040&theme_color=80e4a0" url="http://api.soundcloud.com/tracks/207988" iframe="true" /]
 

DAILY NOTES Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting